Nadia Murad Basee dan Lamiya Aji Bashar termasuk dalam ribuan perempuan Yazidi yang disandera oleh militan ISIS dan keduanya sempat dipaksa menjadi budak seks pada 2014.
Namun Murad dan Bashar berhasil menyelamatkan diri dan sekarang berkampanye untuk komunitas Yazidi.
Penghargaan untuk kampanye kebebasan berpikir tersebut dianugerahkan setiap tahun untuk mengenang Andrei Sakharov, seorang ilmuwan Rusia yang berani melawan kesewenang-wenangan rezim otoriter Rusia.
Guy Verhofstadt, yang memimpin kelompok beraliran liberal, ALDE, di Parlemen Eropa, menyebut keduanya sebagai, "Wanita-wanita yang menginspirasi yang telah menunjukkan keberanian dan rasa kemanusiaan yang hebat atas kebrutalan yang mereka hadapi."
"Saya bangga mereka telah dianugerahi Penghargaan Sakharov 2016," tambah Verhofstadt.
Sepuluh ribuan orang Yazidi terpaksa melarikan diri dari tempat tinggal mereka setelah militan ISIS mengambil alih kota Irak bagian utara, Sinjar, pada Agustus 2014.
Ribuan wanita dan anak perempuan diperlakukan sebagai yang dijuluki dengan 'hadiah perang' dan secara terbuka dijual di pasar budak kepada militan ISIS. Mereka dipisahkan dari para pria maupun laki-laki muda dan banyak di antara mereka yang ditembak mati.
Ribuan orang Yazidi terlantar karena serangan ISIS pada Agustus 2014.
Upaya genosida oleh ISISMurad disandera dari rumahnya di desa Kocho, dekat Sinjar, dan dibawa ke Mosul, tempat dia disiksa dan diperkosa.
Dia lalu berhasil melarikan diri, tapi kehilangan enam saudara laki-laki dan ibunya pada saat berlangsungnya serangan di Sinjar.
Bashar yang juga dari Kocho, mencoba untuk melarikan diri dari penculiknya beberapa kali selama penyanderaannya 20 bulan sebelum dia akhirnya berhasil. Dia hanya berusia 16 tahun ketika dia diculik.
PBB mengatakan ISIS melakukan genosida terhadap orang-orang Yazidi di Irak dan Suriah dalam upaya yang terencana untuk membinasakan seluruh komunitas tersebut.
Setelah Murad berhasil melarikan diri, Murad menjadi pegiat utama dalam menyoroti kondisi buruk orang-orang Yazidi di kawasan tersebut.
Finalis lainnya untuk Penghargaan Sakharov tahun ini antara lain sejumlah warga etnis Tatar Krimea dan seorang mantan editor surat kabar Turki.
Sedangkan pemenang tahun lalu adalah blogger Arab Saudi, Raif Badawi, yang saat ini menjalani 10 tahun penjara, termasuk hukuman 1.000 cambukan, karena 'menghina Islam' di internet.
Sumber : http://palembang.tribunnews.com/2016/10/28/dua-perempuan-yasidi-yang-lolos-dari-isis-raih-penghargaan-sakharov
0 komentar:
Posting Komentar