About

YUSRIEL INFO

Pages

Rabu, 26 Oktober 2016

Ditagih Hutang , Pengusaha Ini Berlagak Seperti Orang Gila

BALIKPAPAN - Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur, khusus Balikpapan dan Samarinda yang lesu, pasca anjloknya harga batu bara membuat properti ikut turun. Banyak pengusaha (perusahaan) properti mengeluh karena penjualan rumahnya lesu.Padahal bagi sebagian pengusaha, penjualan harus tetap ada demi membayar pinjaman modal.
Sebut saja namanya Isman, seorang pengusaha yang baru tiga tahun menggeluti bisnis properti pusing lantaran ditagih utang oleh pemilik tanah, lokasi ia membangun perumahan di kawasan Balikpapan Selatan.
Tak hanya itu, perbankan tempat mengajukan kredit juga terus mengejar angsuran.
Padahal, sebelumnya Isman sudah mengeluarkan uang ratusan juta rupiah untuk meratakan lahan dan mengurus perizinan.
Ia tidak menyangka, bisnis properti ikut lesu pasca anjloknya tambang baru bara. Penjualan rumah begitu sepi.
Isman bercerita, lahan yang ia miliki itu belum lunas pembayarannya ke pemilik tanah asal.
Ia memiliki kesepakatan melunasi lahan setelah 6 bulan dari waktu pembayaran tahap pertama, yang jatuh tempo awal 2016.
"Tapi penjualan sepi, jadi saya tidak punya uang untuk membayar tanahnya," ujarnya bercerita kepada Tribun, Selasa (25/10/2016).
Bahkan sebelum Ramadhan lalu, rumahnya pernah didatangi preman yang dikirim sang pemilik tanah.
"Saya sampai stres dan pura-pura gila. Saya bilang ke istri, kalau ada yang cari bilang saja lagi berobat kejiwaan di Samarinda," ujarnya.
Namun selepas Idul Fitri kemarin, Isman memberanikan diri menemui pemilik tanah dan berterus terang mengenai kondisi keuangannya.
"Alhamdulillah, kami bersepakat tanah itu akan dikelola bersama," katanya.
Menurut Susilo Nurdiyanto, Sekretaris Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Kaltim, rendahnya penyerapan rumah oleh masyarakat ditengarai tidak serta merta akibat lesunya ekonomi.
 Melainkan, perbankan ikut andil menyumbang hal tersebut.
"Sebenarnya yang minat itu banyak, tapi akhirnya mereka gugur diseleksi bank. Kita lihat beberapa tahun terakhir perbankan memperketat pengajuan dana untuk kredit rumah," kata Susilo Nurdiyanto yang juga pengembang perumahan di Balikpapan.
Pengetatan perbangkan ini kata Susilo tak lepas pihak bank tak mau ambil risiko apabila terjadi kredit macet.
"Mereka main aman, sampai mereka buat perjanjian dengan pengembang kalau terjadi kredit macet, harus di buyback oleh pengembang," katanya.
Istilah buyback adalah pembelian kembali unit rumah yang mengalami kredit macet atau beban risiko harus ditanggung pengembang perumahan bukan bank selaku pemilik dana.
Selain itu beberapa waktu terakhir banyak pengembang sedang menyasar konsumen sektor informal hal ini tak lepas jumlah pekerja informal meningkat tajam setelah terjadi PHK besar-besaran.

Tak lepas dari hambatan, pengembang mengeluhkan tidak ada payung hukum yang dapat memfasilitasi para pekerja informal dapat bantuan pembiayaan dari perbankan.
"Kami harapkan peran pemerintah untuk menjembatani mencari jalan tengah, karena pangsa pasar informal sangat besar, tapi bank tak bisa keluarkan dananya," ujar Susilo.
Dia memprediksi tahun depan bisnis properti berjalan positif mengalami peningkatan.
 Kondisi ini tak lepas dari program tax amnesty yang sedang bergulir pada 2016, dana yang telah terkumpul diharapkan dapat kembali menggairahkan bisnis properti

Sumber : http://palembang.tribunnews.com/2016/10/27/ditagih-hutang-pengusaha-ini-berlagak-seperti-orang-gila

0 komentar:

Posting Komentar