Perbedaan biologis, emosional, dan juga kepribadian, antara anak
laki-laki dan perempuan tentu memengaruhi perbedaan pola asuhnya. Namun,
benarkah membesarkan anak laki-laki lebih sulit?
Allan N Schore dalam penelitiannya mengenai perkembangan saraf dan endokrin anak laki-laki, mengungkapkan beberapa perbedaan dasar antara anak laki-laki dan perempuan yang perlu diketahui orangtua:
- Secara sosial, fisik, dan linguistik, anak laki-laki lebih lambat matang.
- Sirkuit otak yang mengatur stres pada anak laki-laki juga lebih lambat berkembang sejak di kandungan dan setelah lahir.
- Anak laki-laki lebih rentan pada gangguan neuropsikiatrik yang muncul di kandungan, sehingga mereka juga rentan terhadap gangguan tumbuh kembang seperti autisme atau ADHD.
- Anak laki-laki lebih gampang terpengaruh secara negatif oleh stres lingkungan, baik sejak di kandungan atau setelah dilahirkan. Termasuk di dalamnya adalah zat-zat toksin dari lingkungan. Anak perempuan memiliki mekanisme alami yang membuatnya lebih tahan stres.
- Di usia 6 bulan, bayi laki-laki sudah menunjukkan tanda frustasi ketimbang bayi perempuan. Di usia setahun, bayi laki-laki menunjukkan reaksi lebih besar terhadap stimulasi negatif.
- Bayi laki-laki lebih membutuhkan dukungan ibunya. Perpisahan dengan ibu tentu berpengaruh pada bayi, apa pun gendernya, namun pengaruhnya lebih buruk pada bayi laki-laki.
- Orangtua dan pengasuh sebaiknya mengurangi tekanan pada anak laki-laki, misalnya tak perlu melarang anak menangis hanya karena ia laki-laki. Anak laki-laki juga membutuhkan ungkapan kasih sayang dari orangtuanya. Kelembutan dan sikap responsif terhadap kebutuhan emosi anak justru membuat anak laki-laki mampu bersikap lebih kuat.
Allan N Schore dalam penelitiannya mengenai perkembangan saraf dan endokrin anak laki-laki, mengungkapkan beberapa perbedaan dasar antara anak laki-laki dan perempuan yang perlu diketahui orangtua:
- Secara sosial, fisik, dan linguistik, anak laki-laki lebih lambat matang.
- Sirkuit otak yang mengatur stres pada anak laki-laki juga lebih lambat berkembang sejak di kandungan dan setelah lahir.
- Anak laki-laki lebih rentan pada gangguan neuropsikiatrik yang muncul di kandungan, sehingga mereka juga rentan terhadap gangguan tumbuh kembang seperti autisme atau ADHD.
- Anak laki-laki lebih gampang terpengaruh secara negatif oleh stres lingkungan, baik sejak di kandungan atau setelah dilahirkan. Termasuk di dalamnya adalah zat-zat toksin dari lingkungan. Anak perempuan memiliki mekanisme alami yang membuatnya lebih tahan stres.
- Di usia 6 bulan, bayi laki-laki sudah menunjukkan tanda frustasi ketimbang bayi perempuan. Di usia setahun, bayi laki-laki menunjukkan reaksi lebih besar terhadap stimulasi negatif.
- Bayi laki-laki lebih membutuhkan dukungan ibunya. Perpisahan dengan ibu tentu berpengaruh pada bayi, apa pun gendernya, namun pengaruhnya lebih buruk pada bayi laki-laki.
- Orangtua dan pengasuh sebaiknya mengurangi tekanan pada anak laki-laki, misalnya tak perlu melarang anak menangis hanya karena ia laki-laki. Anak laki-laki juga membutuhkan ungkapan kasih sayang dari orangtuanya. Kelembutan dan sikap responsif terhadap kebutuhan emosi anak justru membuat anak laki-laki mampu bersikap lebih kuat.
0 komentar:
Posting Komentar